BELAJAR DARI JAM

Kemarin saya membaca sebuah artikel di
PENGUSAHA MUSLIM.com
yang cukup menarik.Bahwa mulai lah dari hal yang terkecil untuk sebuah pencapain yang besar Berikut adalah artikel tersebut.
Content:

Seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, sanggupkah kamu berdetak 31.104.000 kali selama setahun?” “Ha?! Sebanyak itukah?!” kata jam terperanjat, “Aku tidak akan sanggup!”

“Ya sudah, bagaimana kalau 86.400 kali saja dalam sehari?”

“Delapan puluh ribu empat ratus kali?! Dengan jarum yang ramping seperti ini?! Tidak, sepertinya aku tidak sanggup,” jawab jam penuh keraguan.

“Baik, bagaimana jika 3.600 kali dalam satu jam?”

“Dalam satu jam berdetak 3.600 kali? Tampaknya masih terlalu banyak bagiku.” Jam bertambah ragu dengan kemampuannya.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kembali berkata, “Baiklah kalau begitu, sebagai penawaran terakhir, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”

“Jika berdetak satu kali setiap detik, aku pasti sanggup!” Kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, yang juga setara dengan berdetak 86.400 kali dalam sehari, yang setara pula dengan berdetak 3.600 kali dalam satu jam.

Pesan dari kisah tersebut:

Kita sering meragukan dan underestimated terhadap kemampuan diri sendiri untuk mencapai goal, pekerjaan, dan cita-cita yang tampak sangat besar. Kita lantas menggangapnya sebagai hal sangat berat yang tidak mungkin dapat kita angkat. Namun sebenarnya apabila hal yang dianggap besar tersebut kita perkecil dan perkecil lagi, lantas kemudian kita realisasikan hal-hal kecil tersebut secara konsisten serta kontinu, niscaya hal besar yang semula kita anggap tidak mungkin tercapai itu akan terealisasikan.

Intinya, hal besar akan tercapai dengan konsistensi dan kontinuitas, atau dengan istilah lain yang sering digunakan masyarakat: istiqamah! Tentu melekatkan konsistensi dan kontinuitas kepada diri sendiri itu bukan hal yang mudah, karena akan menimbulkan kelelahan yang sangat.

Al-Mutanabbi berkata dalam syairnya yang masyhur,

وَإِذَا كَانَت النُّفُوْسُ كِبَارًا

تَعِبَتْ فِي مُرَادِهَا الْأَجْسَامُ

Dan sekiranya jiwa itu besar,tentulah jasad itu akan letih dalam menggapai maksudnya. [Khizānah al-Adab ,I/251.]

Ingat!! seribu langkah tidak akan ada tanpa adanya satu langkah pertama. Garis panjang hanyalah merupakan kumpulan dari titik-titik.

Disalin dengan sedikit penyesuaian bahasa dari adniku.wordpress.com &
PENGUSAHA MUSLIM.com

- LENGKAPIN DONG +

7 Kunci Menemukan Rekanan Ideal


Dalam dunia usaha kecil, seringkali ada permintaan umum: menemukan rekan bisnis yang ideal. Biasanya ini berakar dari kebutuhan untuk “menyingkirkan” peran atau tugas yang kita kerjakan. Seperti marketing, keuangan atau sales.

Saya menyadarinya saat memulai usaha dimana saya merasa putus asa menemukan rekan yang menguasai marketing dan sales dengan lebih baik dibandingkan saya. Saya merasa yakin jika saya bisa melepaskan dari pundak saya dan fokus pada dengan menjadi pelatih yang hebat maka bisnis saya akan berkembang pesat! Ya..empat tahun kemudian, saya tidak pernah menemukan rekan tersebut tapi saya menemukan cara untuk mengembangkan bisnis.

Saya menyadari nilai rekanan marketing.

Rekanan marketing adalah pengusaha lain yang bersedia melakukan lintas pasar produk dan jasa Anda pada prospek dan klien.

Tidak semua orang menjadi “calon rekan yang ideal.” Terkadang Anda harus memperjelas dengan siapa Anda ingin bermain sehingga Anda tidak perlu telalu banyak pilihan. Jadi saya akan membagi 7 Kunci untuk menemukan rekanan yang ideal.

Mindset Rekanan. Apakah orang tersebut memiliki kriteria yang dibutuhkan sebagai seorang rekanan? Tidak semua orang bisa. Faktanya, beberapa orang menjadi rekan yang buruk karena mereka terlalu mandiri atau mereka tidak suka bermain dengan orang lain. Penting untuk memahami mengapa sesorang mengejar rekanan tersebut. Apakah mereka menginginkan penjualan yang cepat atau mereka sangat ingin bergabung dengan Anda dalam bisnis jangka panjang?

Penyelarasan Nilai. Dengan mengetahui 3 nilai teratas, maka bisa membantu Anda memperjelas apa yang dibutuhkan untuk jangka panjang. Jika nilai inti seseorang adalah kemandirian dan yang lainnya adalah kolaborasi, mungkin pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan akan berat. Ini sangat dibutuhkan jika Anda bekerja sama dalam menyelesaikan proyek.

Berbagi visi. Apakah Anda berbagi hasrat untuk keluaran yang dihasilkan? Apakah Anda berdua melihat keluaran yang sama? Atau apakah seseorang ingin melepaskan peluang mereka dan yang lainnya ingin memiliki kerja sama dalam jangka panjang. Apakah Anda pernah bertemu pasangan suami-istri dimana yang satu ingin anak sedang yang satunya tidak? Akhirnya mereka berpisah. Berbagi visi untuk keluaran yang dihasilkan penting untuk menjaga keselarasan dalam hubungan.

Gaya kerja yang kompatibel. Ini sangat penting. Apakah Anda berdua memimpikan bekerja dengan jam yang lama dan berat untuk mencapai tujuan?. Apakah orang tersebut memiliki anak yang lebih membutuhkan perhatian mereka? Apakah Anda berdua bersedia melakukan apapun untuk menyelesaikan pekerjaan?

Kekuatan yang saling melengkapi. Jika Anda berdua suka melalui hal yang sama dan tidak ada satupun yang mau mengerjakan pekerjaan lain, maka Anda akan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Akankah Anda melimpahkan ke pihak lain?

Pastikan Anda berdua memiliki kualifikasi untuk melakukan peran Anda – atau yang lain yang bisa menyebabkan tekanan dan kekecewaan.

Saat Anda meluangkan waktu untuk menggali minat terbaik Anda akan menjadikan bahan kerjasama yang baik, saya mendorong Anda untuk meluangkan waktu untuk menggali jika rekan pengusaha Anda akan menjadi “rekan” yang baik. Tidak ada yang lebih buruk dibandingkan saat ditengah-tengah proyek Anda menyadari tidak suka berbisnis dengan orang tersebut.

Saat Anda menggali kunci diatas dan siap untuk melangkah, pastian untuk menetapkan perjanjian (saya sarankan memiliki kontrak). Jika Anda mengikuti langkah-langkah di Metode Tujuan yang tidak bisa terhentikan, Anda akan menyadari bahwa Anda memiliki dasar yang kuat untuk menciptakan sukses bersama “yang tidak tertahankan”.

Happy partnering!

Penulis: Melanie Benson Strick, Coach Pengusaha Sukses, mengajarkan pengusaha bagaimana menghentikan rasa kewalahan sehingga mereka bisa menghasilkan pendapatan yang lebih banyak, kebebasan dan nama baik yang lebih.

Diterjemahkan oleh: Iin – Tim Pengusahamuslim.com
Artikel:pengusaha muslim.com

- LENGKAPIN DONG +

Setiap Orang Dapat Meraih Kesuksesan

Setiap orang dapat meraih kesuksesan. Namun, benarkah bahwa sikap, mental, bahkan motivasi kita selama ini sudah menuju ke arah kesuksesan? Jika belum, maka kesuksesan yang Anda impikan barulah isapan jempol semata. Menjadi sukses bukanlah seperti berjalan di taman yang indah.

Sukses adalah sebuah pilihan yang dapat Anda buat. Sukses adalah mengenai pilihan apa yang Anda inginkan dalam kehidupan dan mengambil langkah penting untuk mencapainya. Sukses tidak akan berhenti sampai Anda meraihnya! Diperlukan proses (baca: waktu dan kesempurnaan ikhtiar) yang tak singkat. Namun, jika Anda mengikuti beberapa panduan dan memiliki dedikasi untuk menjadi “sesuatu”, Anda memiliki peluang besar untuk menjadi orang sukses. Meski demikian, masing-masing individu memiliki definisi sukses yang berbeda.

Dua definisi sukses yang pertama, menurut kamus adalah "mendapatkan hasil yang memuaskan" dan "mencapai sesuatu yang diinginkan atau direncanakan”. Jadi, menjadi orang terkaya di dunia dapat dianggap sebagai keberhasilan bagi beberapa orang, namun tidak semuanya. Selama Anda berusaha keras untuk melakukan yang terbaik dan Anda mencapai tujuan ini, Anda telah berhasil. Lantas, bagaimana menjadi sukses?

Pertama: Anda harus memiliki tujuan dan rencana tertulis untuk memulainya, sehingga Anda tahu apa yang diinginkan. Plus, dengan menulis, Anda dapat membacanya berulang kali dan melihat apa yang Anda inginkan, serta menggunakannya sebagai motivator.

Kedua: Sabar untuk memulai. Ketahuilah, Anda tidak akan meraih keberhasilan dalam waktu yang singkat. Mungkin memerlukan waktu beberapa bulan atau bahkan tahunan. Terkadang, kerja keras Anda di awal, hanya mendapatkan hasil yang minim, Jika Anda tidak kuat, bukan mustahil, Anda akan dihinggapi keputusasaan. Namun, jika Anda mempertahankan kerja keras Anda, reward akan datang kemudian. Karenanya, sangatlah penting untuk berpikir besar namun realistis pada saat yang bersamaan. Sadari bahwa tidak ada titik dalam penetapan yang dapat diraih dengan mudah jika Anda membatasi kemampuan diri.

Ketiga: Buatlah rencana mingguan untuk memperkaya upaya Anda meraih keberhasilan. Ketika Anda gagal dan terpaku pada rencana, Anda telah gagal menjadi apa yang Anda inginkan. Dengan mengikuti rencana tertulis, Anda berutang pada diri Anda sendiri untuk menyelesaikannya.

Keempat: Fokus pada tujuan. Jangan sampai hal-hal sepele membuat Anda tertekan, sebab akan banyak perubahan dan hambatan, baik besar atau kecil yang mesti dihadapi. Dengan menyediakan waktu untuk fokus dan mendapatkan solusi yang rasional terhadap masalah, berarti Anda semakin dekat dengan keberhasilan. Untuk dapat melakukannya, Anda harus memiliki impian yang Anda inginkan. Hanya dengan memiliki mimpi yang jelas, Anda dapat memulai fokus. Fokuslah secara terus menerus, sehingga apa pun yang Anda lakukan, akan dikerjakan dengan impian dalam pikiran Anda. kemudian Anda dapat melangkah ke arah yang Anda impikan.

Kelima: Tetap positif dalam kerja keras. Sekali Anda menjadi orang yang berpikir negatif, Anda semakin dekat dengan menghentikan diri Anda sendiri. Satu-satunya jalan kegagalan adalah menyerah. "Kamu adalah apa yang kamu pikirkan." Jika Anda percaya pada diri Anda dan yakin dengan kemampuan Anda, Anda akan menjadi orang yang demikian. Hiduplah seolah Anda adalah orang yang berhasil, seolah Anda telah mencapai sasaran yang dituju. Misalnya, ketika Anda mengendarai mobil, visualkan seperti apa mobil impian Anda dan lihat bahwa Anda mengendarainya. Visualkan Anda mengendarainya ke rumah impian Anda. Semakin Anda sering melakukannya, alam bawah sadar Anda akan berpikir bahwa Anda benar-benar sukses dan menggerakkan Anda ke arah tersebut. Keyakinan adalah katalis yang diperlukan impian dan keyakinan itu membantu mengubah fokus ke dalam rencana. Jangan pernah meremehkan kekuatan keyakinan. Keyakinan ditambah dengan emosi adalah kekuatan yang tidak terbendung!

Ada beberapa hal lain yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan, namun hal di atas adalah beberapa kunci pokoknya.

Disarikan dari
pengusaha muslim.com


- LENGKAPIN DONG +

Pahala Berlimpah Bagi Para Pencari Nafkah

Para pengusaha muslim harus memiliki dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan usahanya, bersemangat memerangi kemalasan, mengenali medan usaha, dan tidak berputus asa. Dengan demikian, pengusaha muslim akan tangguh, mandiri, dan mampu memberantas kemiskinan, dengan izin Allah!

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada makanan yang dimakan oleh seseorang, yang lebih baik dari makanan yang merupakan usaha tangannya sendiri, karena Nabi Allah, Daud, makan dari hasil usaha tangannya sendiri." [Hadis sahih; diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya, no. 2072 dan Imam Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 8:6].

Islam sangat membenci pemalas yang menjadi beban orang lain padahal setiap individu dikaruniai bekal kelebihan masing-masing oleh Allah. Dalam sebuah hadits dari Abdullah Ibnu Umar, diriwayatkan bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah sikap meminta-minta ada pada diri seseorang di antara kalian, kecuali ia bertemu dengan Allah sementara di wajahnya tidak ada secuil daging pun." [HR. Bukhari, Muslim, dan Nasa'i dalam Sunan-nya].

Abu Qasim Al-Khatli bertanya kepada Imam Ahmad, “Apa komentar Anda terhadap orang yang hanya berdiam di rumah atau di masjid lalu berkata, 'Aku tidak perlu bekerja, karena rezekiku tidak akan lari dan pasti datang'?” Maka, beliau menjawab, "Orang tersebut bodoh terhadap ilmu. Apakah dia tidak mendengarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Allah menjadikan rezekiku di bawah kilatan pedang (jihad).'?” [Ibnul Jauzi, Talbisul Iblis, hlm. 302].

Sahl bin Abdullah At-Tustari berkata, "Barang siapa yang merusak tawakal berarti dia telah merusak pilar keimanan, dan barang siapa yang merusak kepercayaan berarti dia telah membuat kerusakan dalam sunah." [Ibnul Jauzi, Talbisul Iblis, hlm. 299].

Allah tidak melarang para hamba-Nya berusaha. Bahkan, Allah mencintai segala bentuk usaha, asalkan sesuai dengan kaidah dan prinsip agama. Bahkan, Allah memberi ampunan kepada orang yang kecapekan karena mencari nafkah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barang siapa yang bermalam dalam keadaan badannya capek karena pekerjaannya, dia bermalam dalam keadaan terampuni dosanya." [Lihat: Fathul Bari, 4:353].

Wahai saudaraku, saya sengaja memaparkan beberapa atsar dari para ulama untuk menepis anggapan sebagian orang bahwa mencari nafkah dengan cara yang benar--untuk mencukupi kebutuhan hidupnya--merupakan cinta dunia yang menodai sikap kezuhudan. Padahal, tidaklah demikian! Bahkan, Abu Darda' berkata, "Termasuk tanda kepahaman seseorang terhadap agamanya adalah adanya kemauan untuk mengurusi nafkah rumah tangganya." [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam Ishlahul Mal, hlm. 233, Ibnu Abi Syaibah, no. 34606, dan Al-Baihaqi dalam Asy-Syuab, 2:365].

Pengusaha muslim harus bangkit

Krisis ekonomi global jangan sampai mematahkan semangat pengusaha muslim, apalagi menjerumuskan diri dalam jurang keputusasaan. Justru sebaliknya, krisis ekonomi global sebagai realitas yang harus dihadapi dengan bekal kesungguhan, ilmu, tawakal, dan menjauhi sifat pengecut. Krisis harus disikapi sebagai pengingat, cambuk bagi kita semua untuk bangkit mencari peluang, membuka keran rezeki yang mampet. Pengusaha muslim dituntut menjadi teladan paripurna, termasuk semangatnya dalam menghimpun rezeki dan membuka lapangan kerja yang halal.

"Barangsiapa yang bermalam dalam keadaan badannya capek karena pekerjaannya, dia bermalam dalam keadaan terampuni dosanya."

Ketika Abdurrahman bin Auf hijrah ke Madinah dengan segala keterbatasannya, beliau mendapat tawaran bantuan. Meski begitu, beliau mengatakan, "Tunjukkan kepadaku di mana pasar Madinah?" Akhirnya, dalam waktu tidak begitu lama beliau sudah mampu hidup mandiri. [Lihat: Fathul Bari, 4:1358 dan Al-Minhaj Syarah Sahih Muslim, 15:133].

Kesibukan para utusan Allah dan ulama salaf dalam mencari ilmu dan berdakwah tidak melalaikan mereka mengumpulkan rezeki yang halal. Bercermin dari itu, para pengusaha muslim harus bisa meneladani mereka, menyinergikan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, jangan lalai di satu sisi; mesti proporsional.

Kini, apa pun bentuk usahanya, asalkan halal dan diperoleh dengan cara yang benar, usaha tersebut harus dijalani dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita. Hilangkan perasaan penuh rendah diri, malu, atau gengsi. Perbaiki atau luruskan kembali niat ini apabila sempat goyah. Katakan lalu camkan dalam hati, bahwa apa yang kita usahakan adalah dalam rangka ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ingat, ukuran sebuah usaha atau profesi itu dikatakan mulia dan tidak, tidak bergantung dari pandangan manusia. Namun, sangat ditentukan oleh kehalalan dan benarnya jenis usaha di hadapan Allah, serta terpujinya usaha tersebut dari sisi syariat. Sebesar apa pun keuntungan yang diperoleh, namun bila didapat dari perniagaan atau profesi yang tidak halal, bisa dipastikan bahwa harta itu tidak akan mengandung berkah.

Para nabi dan rasul telah memberikan contoh kepada kita. Misalnya: Nabi Zakaria menjadi tukang kayu, Nabi Idris menjahit pakaian, dan Nabi Daud membuat baju perang. Artinya, bekerja untuk bisa hidup mandiri merupakan sunah. Berusaha untuk mencari nafkah, baik berniaga, bertani, atau beternak tidak dianggap menjatuhkan martabat dan tidak bertentangan dengan sikap tawakal.

Begitu pula para ulama salaf, mereka tergolong orang yang rajin bekerja, menuntut ilmu serta berdakwah menyebarkan agama. Tidak mengapa seseorang bekerja di bidang dakwah lalu mendapat imbalan dari pekerjaan tersebut, karena ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah; beliau mencukupi kebutuhan keluarganya dari baitul mal. [Lihat: Fathul Bari, 4:357].

Perlu diketahui bahwa kualitas diri seseorang sangat tergantung pada hasil ikhtiar yang dia perjuangkan, termasuk keberhasilannya untuk memberi manfaat bagi banyak orang. Maka, seorang pengusaha muslim harus hidup berkecukupan. Dengan hidup berkecukupan, pengusaha muslim akan lebih banyak memiliki peran, bukan hanya untuk kepentingan pribadi (misalnya: menuntut ilmu atau mencukupi kebutuhan keluarga yang bersifat duniawi saja), namun di ladang dakwah, seorang pengusaha muslim yang berkecukupan juga bisa beramal saleh dan berdakwah.www.PengusahaMuslim.com

- LENGKAPIN DONG +

AYAHKU TUKANG BATU


Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.

Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.

Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.

Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."

Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."

Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,

Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.

Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.

Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.

Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!

Sumber: Ayah ku tukang Batu Oleh Adrie Wongso

- LENGKAPIN DONG +

AKTUALISASI DIRI


Seorang pemuda karyawan sebuah kantor sering mengeluhkan tentang kariernya. Ia merasakan bahwa setiap kali bekerja, tidak mendapatkan kepuasan. Karirnya sulit naik. Gaji yang didapat pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena itu ia pun sering berpindah-pindah tempat kerja. Ia berharap, dengan cara itu ia bisa memperoleh pekerjaan yang memberikannnya kepuasan, dari segi karier, maupun gaji.

Setelah sekian lama ia berganti pekerjaan, bukannya kepuasan yang ia dapat, namun justru sering muncul penyesalan. Setiap kali pindah pekerjaan, ia merasa menjumpai banyak kendala. Dan, begitu seterusnya.


Suatu ketika, pemuda itu berjumpa dengan kawan lamanya. Kawan lama itu sudah menduduki posisi direktur muda di sebuah perusahaan. Pemuda itu pun lantas bertanya, bagaimana caranya si kawan bisa memperoleh kedudukan yang tinggi dengan waktu yang relatif cepat.

"Kamu dekat dengan bosmu ya?" tanya si pemuda penasaran.

Kawan lamanya itu hanya tersenyum. Ia tahu, si pemuda curiga padanya bahwa posisi saat ini dikarenakan faktor koneksi.

"Memang, aku dekat dengan bos aku," jawab kawan itu. "Tapi aku juga dekat dengan semua orang di kantorku. Bahkan, sebenarnya aku berhubungan dekat dengan semua orang, baik dari yang paling bawah sampai paling atas. Kamu curiga ya? Aku bernepotisme karena bisa menduduki posisi tinggi dalam waktu cepat?"

Dengan malu, pemuda itu segera meminta maaf, "Bukan itu maksud aku. Aku sebenarnya kagum dengan kamu. Masih seusia aku, tapi punya prestasi yang luar biasa sehingga bisa jadi direktur muda."

Setelah menceritakan keadaannya sendiri, si pemuda kembali bertanya, "Kawan, apa sih sebenarnya rahasia sukses kamu?"

Dengan tersenyum bijak si kawan menjawab, "Aku tak punya rahasia apa pun. Yang kulakukan adalah mengaktualisasikan diriku atau fokus pada kekuatan yang aku punyai, dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang aku miliki. Itu saja yang kulakukan. Mudahkan?"

"Maksudmu bagaimana?"

"Aku pun sebenarnya pernah mengalami hal yang sama denganmu, merasa jenuh dengan pekerjaan yang ada dan juga tak bisa naik jabatan. Namun, suatu ketika, aku menemukan bahwa ternyata aku punya kemampuan lebih di bidang pemasaran. Maka, aku pun mencoba untuk fokus di bidang pemasaran. Aku menikmati bertemu dengan banyak orang. Selain itu, aku pun mencoba terus belajar untuk mengusir kejenuhan pada pekerjaan. Dan, inilah yang aku dapatkan."

Pembaca yang berbahagia,
Jangan kita memilih pindah tempat kerja hanya karena ingin "melarikan diri" dari masalah. Seringkali kita merasakan sudah berjuang maksimal tetapi belum mendapatkan yang kita inginkan. Jangan pernah putus asa! Kita belum berhasil bukan karena kita tidak mampu, namun, kita belum memaksimalkan semua kekuatan yang kita miliki
Jika kita mau mengaktualisasikan diri dengan menggali kemampuan dalam diri terus menerus, niscaya, karir kita pasti akan meningkat lebih pesat dan kesuksesan menanti kita di sana.

- LENGKAPIN DONG +

VIDEO MUSIC